Pada 30 November hingga 11 Desember lalu, ratusan atlet Indonesia dari berbagai disiplin olahraga mengikuti Pesta Olahraga Asia Tenggara (SEA Games) 2019 di Filipina. Kompetisi yang dilaksanakan di berbagai kota di negara kepulauan tersebut menarik perhatian hampir seluruh masyarakat di penjuru Asia Tenggara, termasuk juga Indonesia.
Meskipun hanya meraih posisi akhir keempat di bawah Filipina, Thailand, dan Vietnam, prestasi Indonesia dianggap menonjol dan memenuhi target. Para atlet Merah Putih meraih 72 medali emas, 84 medali perak, dan 111 medali perunggu. Jumlah ini meningkat jauh dari 2017, di mana Indonesia bertengger di posisi kelima dengan 38 emas, 63 perak, dan 90 perunggu. Jumlah 72 medali emas ini juga melampaui target Kemenpora (45 emas) dan Presiden (60 emas), meskipun target posisi dua belum bisa tercapai.
Seperti apa sejarah dari SEA Games dan bagaimana prestasi Indonesia selama ini?
Berawal dari Semenanjung Asia Tenggara
Konsep SEA Games sebenarnya berawal dari keinginan Thailand untuk mempererat hubungan antarnegara Semenanjung Asia Tenggara serta meningkatkan prestasi negara-negara Asia Tenggara. Pada sela-sela gelaran Asian Games 1958 di Tokyo, perwakilan dari Thailand, Burma (sekarang Myanmar), Vietnam, Kampuchea (sekarang Kamboja), Laos, dan Federasi Malaya (sekarang Malaysia) bertemu untuk membahas pesta olahraga yang dicanangkan oleh Luang Sukhum Nayaoradit, Wakil Presiden Komite Olimpiade Thailand. Hasilnya, seluruh negara tersebut menyetujui diadakannya pesta olahraga Semenanjung Asia Tenggara, dan pada 1959, SEAP Games pertama dilaksanakan di Thailand dengan melibatkan negara-negara tersebut ditambah Singapura.
Pada pagelaran pertama tersebut, Thailand berhasil menjadi juara umum, disusul Burma dan Malaya. SEAP Games kemudian berlanjut setiap dua tahunnya dengan tuan rumah bergiliran di antara negara-negara tersebut. Pada 1975, setelah SEAP Games kedelapan, Federasi Olimpiade Semenanjung Asia Tenggara memutuskan mengundang Brunei, Filipina, dan Indonesia pada pagelaran selanjutnya. Ketiga negara tersebut akhirnya bergabung pada 1977. Pentas olahraga tersebut pun berubah nama menjadi South East Asian Games (SEA Games). Pada SEA Games ke-28 di tahun 2003, Timor Leste resmi bergabung di SEA Games.
Prestasi Indonesia semenjak 1977 pun cukup menonjol. Indonesia berhasil menjadi juara umum pada sepuluh kesempatan, yakni pada 1977, 1979, 1981, 1983, 1987, 1989, 1991, 1993, 1997, dan 2011. Indonesia juga beberapa kali mendapatkan kesempatan untuk menjadi tuan rumah, yakni pada 1979, 1987, 1997, dan 2011.
Cabang Unggulan
Semenjak dulu, Indonesia selalu memiliki cabang yang selalu mendulang medali. Bulutangkis tentu saja menjadi cabang unggulan. Terbukti, Indonesia selalu meraih emas di tiap nomor yang dipertandingkan, baik perseorangan maupun tim. Di nomor tunggal putra, misal, Indonesia telah meraih 17 emas sejak 1977. Icuk Sugiarto meraih tiga emas beruntun pada 1985 hingga 1989. Di nomor tunggal putri maupun ganda, baik itu putra, putri, maupun campuran, Indonesia telah meraih 61 emas. Di nomor tim pun Indonesia cukup berhasil mendominasi, dengan 31 emas sejak 1977.
Selain bulutangkis, sepakbola menjadi cabang yang sangat diperhatikan setiap gelaran SEA Games. Indonesia pernah meraih medali emas pada cabang sepakbola pada SEA Games 1987 di Jakarta dan 1991 di Manila serta mencapai lima partai final di pagelaran lain. Meskipun didominasi oleh Thailand, cabang sepakbola selalu berhasil meraih perhatian tinggi bagi pecinta olahraga Indonesia.
Tak hanya sepakbola dan bulutangkis, beberapa cabang lain pun menjadi unggulan Indonesia, seperti angkat besi, atletik, menembak, dayung, dan olahraga bela diri seperti judo dan silat.
Kiprah di Filipina
Pada pagelaran SEA Games 2019, penampilan atlet Merah Putih bisa dianggap memukau, terutama pada cabang olahraga air. Indonesia berhasil meraih 18 emas dari olahraga-olahraga air, terutama kano yang memperoleh 7 emas. Indonesia juga berhasil memutus dominasi Singapura di cabang polo air dengan memperoleh emas.
Di cabang bulutangkis, pebulutangkis ganda campuran Praveen Jordan-Melati Oktaviani serta ganda putri Greysia Polii-Apriani Rahayu berhasil meraih emas. Medali emas juga berhasil disumbangkan oleh tim putra Indonesia setelah menaklukkan Malaysia di partai puncak. Sementara itu, medali perak berhasil disumbangkan oleh tunggal putri Ruselli Hartawan. Tim putri Indonesia juga meraih perak setelah tumbang oleh tim putri Thailand.
Selain itu, di cabang sepakbola, Indonesia harus puas dengan perak setelah takluk 0-3 di tangan Vietnam pada partai final. Meskipun takluk, tim U-23 yang dibesut pelatih kawakan Indra Sjafrie dan pemain berpengalaman seperti Saddil Ramdani, Osvaldo Haay, dan Evan Dimas ini bermain cukup baik sepanjang turnamen. Emas juga disumbangkan cabang-cabang lain seperti menembak, atletik, boling, catur, karate, selancar, dan pencak silat.