Belakangan ini, kasus Kebakaran Hutan dan Lahan (karhutla) di Sumatera dan Kalimantan mengakibatkan kabut asap yang parah. Hasilnya, beberapa provinsi di kedua pulau tersebut mengalami kabut asap yang parah.
Upaya pemadaman pun sudah dilakukan oleh Pemerintah. Dilansir dari liputan6, Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ruandha Agung Sugardiman, menyatakan bahwa KLHK telah mengirimkan puluhan unit helikopter untuk memadamkan kebakaran. Beliau menerangkan bahwa setidaknya ada 50 helikopter yang dikerahkan untuk memadamkan kebakaran.
Kepolisian Republik Indonesia pun telah ‘menyatakan perang’ terhadap kebakaran hutan dan lahan. Dilansir dari Tempo, Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Tito Karnavian, menyatakan bahwa Polri telah mengupayakan pemadaman
Penyebab dan Akibat
Setidaknya ada dua penyebab utama kebakaran hutan dan lahan yang melanda dua pulau besar tersebut. Ruandha menyatakan kepada Tempo bahwa salah satu penyebab kebakaran adalah udara panas yang diakibatkan oleh kebakaran hutan di Australia. Ia memaparkan bahwa angin panas yang bertiup dari arah tenggara menyebabkan kekeringan. Kekeringan itulah yang memicu kebakaran besar-besaran.
Tidak hanya itu, ada juga indikasi pembakaran yang disengaja yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan sawit di Sumatera dan Kalimantan. Dilansir dari CNN, kebakaran yang terjadi 85% berada di luar wilayah hutan sawit. Kapolri Tito Karnavian pun menemukan bahwa banyak lahan hutan sawit yang tidak terbakar, sehingga ada kecurigaan bahwa kebakaran memang disengaja. Dihimpun dari Suara, setidaknya 175 orang dan 4 perusahaan sudah ditetapkan sebagai tersangka pembakaran.
Pembakaran yang disengaja ini bisa jadi adalah bukti ketidakpedulian Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam menangani perizinan perkebunan sawit. Hasilnya, diplomasi Indonesia terkait produk kelapa sawit pun semakin sulit di mata dunia, sebagaimana diberitakan Bisnis. Tidak hanya itu, masyarakat sipil pun menjadi korban.
Korban Sipil
Di daerah yang terdampak karhutla, kabut asap akibat karhutla sangat mengganggu kegiatan warga. Menurut pengamatan tim Geolive, hingga 18 September 2019, kualitas udara di wilayah Jambi menyentuh angka 650, sementara angka 485 tercatat di wilayah Palangkaraya. Angka tersebut memang menurun jauh dari pengamatan beberapa hari lalu; dilansir dari Suara, wilayah Palangkaraya sempat menyentuh angka 2000.
Hasilnya, kegiatan masyarakat dan penerbangan sangat terganggu. Dilansir dari liputan6, di Kalimantan Tengah, penderita infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) mencapai angka 2.637 orang. Korban terbanyak berasal dari Kota Palangkaraya, yakni 829 orang.
Kampanye #SawitBaik
Di tengah kekisruhan permasalahan karhutla, Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika malah mempromosikan kampanye #SawitBaik. Dilansir dari Tirto, kampanye ini dilakukan untuk memberikan informasi utuh terhadap sawit Indonesia.
Bukannya mendapat dukungan, justru kampanye #SawitBaik mendapatkan kecaman. Dilansir dari katadata, akun @SawitBaikID di Twitter mendapatkan kecaman dari warganet karena dianggap tidak peka terhadap masalah karhutla ini. Akun tersebut kemudian ditangguhkan oleh pihak Twitter karena banyaknya laporan.
Kasus karhutla ini ada baiknya diperhatikan lebih lanjut oleh Pemerintah, karena tidak hanya banyak korban yang jatuh, melainkan juga merugikan Negara. Pemerintah tidak hanya wajib memperhatikan setiap korban yang jatuh akibat bencana nasional ini (yang tidak juga ditetapkan sebagai bencana nasional), melainkan juga memperhatikan kembali regulasi dan hukuman terhadap perusahaan-perusahaan sawit yang membandel.